Ada seorang anak yang berprestasi akademik, nilai sempurna, menang lomba ini itu, tak pernah membuat masalah, berprestasi juga di bidang olahraga. Anak kebanggaan orangtua dan gurunya. Dia terus berusaha untuk menjadi sempurna. Dia selalu berusaha tak membuat kesalahan.
Ternyata hal diatas membuatnya sombong, tak punya rasa empati dengan orang, sulit bekerja sama dan mudah meremehkan orang
Pada tingkat terparah adalah dia tak mengakui Tuhan. Keberhasilan-keberhasilan yang dia raih dipercaya adalah hasil kerja kerasnya semata
Salah satu pembelajaran penting yang terlewat dalam hidupnya adalah belajar salah.
Bagi orang dewasa yang sehat jiwanya, kesalahan dapat membuat kesombongannya berkurang. Selain itu kesalahan juga dapat memberikan peluang seseorang untuk semakin dekat dengan Rabbnya.
Anak pun dapat belajar banyak dari pengalaman kesalahannya. Dia akan menjadi pribadi yang lebih baik dengan mengevaluasi kesalahannya. Kesalahan dapat membangun empati anak kepada orang lain yang juga tak luput dari kesalahan.
Tapi tak semua anak mendapatkan hikmah dari kesalahan. Hikmah ini dapat ditumbuhkan pada anak dari bimbingan orangtua atau orang dewasa lainnya, atau semata-mata karena hidayah Allah pada sang Anak
Namun, yang sering kali yang lebih terpukul akan kesalahan anak adalah orangtuanya
Mereka lebih sedih, lebih galau, lebih sakit, lebih takut, bila anaknya melakukan kesalahan
Bahkan ada orangtua yang tak pernah bisa melihat kesalahan anak (selalu terlihat benar) dan berusaha melindungi anak di setiap kesempatan. Orangtua seperti inilah yang menghasilkan anak pada cerita di atas..
Lalu bagaimanakah orangtua harus bersikap? Ternyata islam sudah mengaturnya.. MasyaAllah..
Salah satunya bisa dilihat dalam ibadah yang sangat menentukan syurga neraka seseorang.. Yaitu sholat
Perintah mengajarkan sholat di usia 7 tahun, dan diperbolehkannya menghukum di usia 10 tahun, memberikan hikmah bahwa Allah mentolerir kesalahan-kesalahan anak, bahkan dalam sholat, hingga usia 10 tahun.
Anak diperbolehkan berbuat salah selama 10 tahun hidupnya -khusus perkara sholat. Tentunya kesalahan-kesalahan itu agar anak muslim dapat melaksanakan sholat dengan benar di usia 10 tahunnya
Orangtua harus terus menerus belajar untuk mengajarkan anak menghadapi kesalahannya. Hal yang akan sangat bermanfaat kelak ketika anak dewasa
Disetiap fase anak, kasus-per kasus kesalahan, berbeda-beda perlakuannya.
Ketika anak balita kita mengotori lantai saat dia sedang belajar makan, bagaimana respon orangtua yang tepat?
Ketika anak sd kita tak melepas sepatu penuh berlumpurnya ke dalam rumah, pastinya responnya berbeda
Sebagai orangtua kita harus mengikapi secara bijak kesalahan anak kita agar tepat dan bermanfaat
Bagaimana agar bisa jadi orangtua yang bisa bijak dalam bersikap?
Belajar..
Ok, fix.. Jadi orangtua musti teruuusss belajar ya..
Ngga usah terlalu stress saat anak melakukan kesalahan.. Sebagai orangtua tak boleh menyikapi kesalahan anak saat sedang emosi.. Bayangkan diri kita pada saat seusianya.. Maka kita akan berempati dengan anak kita. Lalu kembali posisikan diri sebagai orangtua, dan elaborasi dengan nilai-nilai yang kita anut dan yang sudah kita pelajari.. Dan siap menyatakan sikap -yang semoga cukup bijak-pada anak..
Tahan nafas dalam-dalam.. Bismillah.. InsyaAllah bisa
Leave a Reply