“In ahsantum ahsantum li anfusikum”
“kalau kalian berbuat baik, kebaikannya untuk diri kalian sendiri”
Perjalanan sesingkat apapun kalau bawa bocah apalagi yang umurnya di bawah 3 tahun bisa terasa panjaang.. Dan kadang ada hal-hal remeh yang sama sekali ngga remeh bagi si bocah
Misalnya naik motor bawa nida (2y) Sepanjang perjalanan dia pegang erat sebungkus biskuit yang belum dimakannya. Karna fokus dengan hal lain, jatuhlah biskuit itu. Kalau tidak berhenti dan mengambilnya, maka nida akan menanyaimu (atau menangis) sepanjang perjalanan.
Atau dilain kesempatan sendalnya nida jatuh, karena kakinya di goyang-goyang..
Maka kadang-kadang ada pengendara motor dibelakang yang membawakan barang kami yang jatuh.
Atau saat berkendaraan umum dengan membawa tiga anak, sering kami temui orang yang membantu secara spontan
Selalu merasa bersyukur dengan bantuan-bantuan orang baik yang peduli dengan emak rempong macam saya
Lalu saya kadang bercerita dengan suami tentang orang-orang baik tadi
Kemudian suamipun berkata lirih, ketika saya menolong orang, saya berdoa di dalam hati dan berharap akan kebaikan yang sama dilakukan orang lain kepada kamu, anak-anak, dan keluarga saya
MasyaAllah.. Sebagai istri yang menjalani long distance marriage, hal ini merupakan suatu yang besar, karna suami kadang tak dapat membantu di saat saya sangat butuh pertolongan
Mungkin kebaikan-kebaikan yang kami terima selama ini, kepedulian orang lain, adalah buah dari doa suami kepada kami. Ternyata ia selalu ada dengan kami walau secara fisik jauh disana.. Melalui doa, kami ternyata selalu dekat..
Leave a Reply