Tanggung Jawab Atas Amanah Anak
“ummi, jadi dewasa ngga enak ya.. ” celetuk una suatu saat
” kenapa emangnya, na?” tanyaku
” karna melahirkan itu sakit kan, mi” jawabnya sambil lalu
Percakapan kami minggu lalu yang sekedarnya
Malam ini dia tiba-tiba berkata
“ummi, kenapa ummi waktu motor ilang nangisnya kenceng banget ?”
Saya kaget dengan perbincangan tiba-tiba soal kejadian 3 tahun yang lalu itu
“una inget banget.. ” tambahnya lagi
Kedua kejadian diatas adalah kejadian yang kurang mengenakkan bagi saya. Saya lebih berharap dia melihat sisi-sisi baik dan bahagia saya untuk di jadikan contoh. Namun, ternyata una memiliki rekaman-rekaman yang cukup dalam akan pengalaman pribadi saya tersebut
Saya ingat, saat itu kesakitan dan kesedihan tak pernah dimaksutkan untuk di tunjukkan kepada orang lain. Semua adalah ekspresi natural yang keluar begitu saja. Mungkin beberapa berusaha saya sembunyikan, tapi ternyata terekam oleh anak dengan baik
Anak-anak kita yang kita anggap tak mengerti apa-apa merekam semua jejak hidup kita dalam hening
Seumur hidup mereka akan terus mengamati kita, saat bangun kita, saat jatuh kita. Saat senang, saat marah, saat sakit, saat sedih
Anak-anak kita terus menerus membentuk sosok idealnya di masa depan dari pengalamannya di masa kini dan masa lalu
Kita tak bisa menyuruh anak kita menyontoh hal-hal baik saja dari diri kita
Karna anak-anak kita bukanlah hanya kertas putih yang pasif dan hanya menerima apa yang diajarkan
Tapi anak-anak kita ibarat spons yang aktif menyerap lingkungannya
Dan tanggung jawab untuk memberikan lingkungan yang baik pada anak adalah tanggung jawab orangtua
Bukan tanggung jawab guru, karna kelak guru hanya akan dimintai pertanggung jawaban sebatas yang ia ajarkan kepada anak muridnya
Sedangkan orangtua ber-tanggung jawab atas amanah anak secara utuh.. hingga anak dewasa, bermatapencaharian, mandiri, ataupun menikah..
Leave a Reply