Saya mencoba membuat alur pembelajaran puasa ramadhan yang beralur untuk Una. Saat umurnya 4 tahun, ia puasa setengah hari sebulan penuh. alhamdulillah. Saat umur 5 tahun, una puasa sebulan penuh dari subuh hingga magrib. alhamdulillah
Dengan sejarah kesempurnaan puasa itu, tentunya saya mengharapkan una untuk puasa penuh bulan ini. tanpa ada cela.
Tapi, ternyata Allah punya rencana lain.. di hari ke 2 berpuasa, setelah hari pertama sukses puasa penuh -namun berat- una diajak main ke rumah uwaknya pada pagi hari. ternyata di sana una tergoda dengan acara buka puasa setengah hari kakak sepupunya yang baru belajar puasa. bapak una yang awalnya hanya berniat menjemput una pulang karna sudah siang, langsung emosi melihat una sedang siap memakan indomie yang sudah tersaji di depan matanya. kakak sepupunya sedang asik menyantap mie di depannya.
sayapun sangat kecewa mendengar una sudah berbuka dengan air putih.. hancur semua kesempurnaan itu.. hancur semua kebanggaann itu.. hati ini serasa hancur berkeping-keping. hari itupun menjadi hari kelabu bagi saya, bapak una, dan una.
Hari ketiga kami mempunish una dengan membiarkannya tidak puasa, tidak melibatkannya dalam sahur, tidak melakukan aktivitas happy ramadhan, tidak dilibatkan dalam buka puasa, tidak nonton tv, tidak boleh snack, makan tiga kali bersama taqi. Jika di hari pertama saya sangat mengistimewakan una, hari ke tiga una hanya anak biasa saja. Saya ajak bicara perlahan tentang keutamaan puasa, ganjaran puasa, ganjaran anak sholeh, mengapa ummi dan bapaknya marah besar kepada una karna membatalkan puasa dengan sengaja.
Hari keempat una puasa dengan sangat baik. MasyaAllah.. tanpa mengeluh, tidak terlihat capek dan letih, terlihat senang dan gembira.
Allah Maha Tahu apa yang ada di dalam hati kami sebagai orangtua. Mungkin niat kami mengajarkan puasa kepada una sudah tercampur rasa ingin membanggakan anak di depan orang lain.. niat kami sudah ternoda dengan mengharapkan pujian dari makhluk. maka Allah mencoba mengingatkan kami akan niat awal kami mengajarkan puasa pada anak-anak.. Astagfirullahadzhim.. sungguh mudah hati ini berbelok ke kecenderungan akan pujian manusia. Pelajaran yang sangat berharga bagi kami sebagai orangtua.
Disisi lain, hal ini juga menjadi pelajaran bagi una. Pelajaran bagi Una untuk tidak mengikuti semua perilaku orang terdekatnya yang bertentangan dengan ajaran ummi dan bapaknya, pelajaran untuk bisa menahan hawa nafsu makanan, dan pelajaran tetap bersabar dalam menjalani puasa
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pembelajaran kepada keluarga besar kami tentang bagaimana pentingnya pendidikan islam di keluarga kami. Kami mengharapkan semua keluarga besar kami tidak mengintervensi pendidikan yang kami berikan kepada anak-anak kami. Hari itu, uwak una menelpon dan sms berulang kali minta una tidak dimarahi karna buka puasa di rumahnya. Tapi kami nyatakan sikap kami bahwa saat itu kami marah besar karna anak kami di fasilitasi untuk buka puasa di luar pengetahuan kami.
Mendidik anak memang tidak bisa hanya dilakukan satu keluarga, tapi butuh satu kampung untuk mendidik anak yang soleh.. sebagaimana peribahasa dari afrika: “It takes a village to raise a child”
Saya kembali teringat kepada keluarga yang sangat saya kagumi, keluarga ustadzah wiwi dan keluarga almarhumah ummi yoyoh, bagaimana mereka mendidik keluarga besarnya agar bisa ikut menjaga anak-anaknya saat umminya bertugas di luar rumah. Kami harus memulai mendidik keluarga terdekat kami, walau saat ini secara tehnis saya bersama anak-anak selama 24 jam. wallahu a’lam nanti ke depannya.
Ramadhan yang diawali dengan “tamparan kecil” yang menyadarkan.. semoga kami sekeluarga dapat mengarungi ramadhan dengan penuh keberkahan dan dapat mendekatkan setiap dari kami kepada Allah SWT.. aamiin..
Leave a Reply