“Una temennya siapa? ” tanya tantenya suatu hari
“Kasian banget ngga punya teman ” Kata temen ummi suatu saat
Itulah kira-kira reaksi saudara, teman, atau kerabat kami lainnya begitu mendengar bahwa kami menghomeschoolingkan anak kami. (saat ini una saja, taqi insyaAllah menyusul)
Tante-tante una masih berusaha membujuk una untuk sekolah dengan berbagai cara, karena sudah tau bahwa orangtuanya tak bisa lagi dibujuk. Mereka mempertanyakan tentang sosialisasi una, setelah kami meyakinkan bahwa secara akademis una mendapatkan pendidikan yang cukup.
Sebagai orangtua, kami juga tidak ingin anak-anak kamu jadi anak yang antisosial. Kami ingin anak-anak kami mengenal banyak orang dari banyak kalangan, berbagai kelas sosial ekonomi, berbagai umur, berbagai profesi, berbagai suku bangsa. Kami ingin anak-anak kami berwawasan global dan pandai berkomunikasi.
Maka belajar bersosialisasi masuk ke dalam prioritas pendidikan kami.
berbagai kegiatan yang anak-anak lakukan di luar rumah seperti les, ngaji, silaturahmi ke rumah saudara, main bersama tetangga, Rasanya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi anak kami.
Apakah teman yang berasal dari satu sekolah memang HARUS dimiliki setiap anak?
Apakah anak yang bersekolah pasti LEBIH PANDAI bersosialisasi dibanding anak yang bersekolah di rumah?
saya pikir tidak demikian
kemampuan sosialisasi anak selain bergantung pada kepribadian anak misalnya pribadi yang supel, ramah, pemalu, atau cuek, juga bergantung kepada orangtua. kebergantungan ini dilihat dari sisi kesempatan yang orangtua berikan dan contoh orang tua dalam bersosialisasi
orangtua yang membatasi lingkup pergaulan anak akan membuat kemampuan sosialisasi anak terbatas
orangtua yang memberikan contoh jarang menyapa tetangga, akan membuat anak cuek terhadap tetangga.
jadi, alhamdulillah, sosialisasi anak-anak kami yang melakukan homeschooling saat ini baik-baik saja. Terimakasih atas perhatiannya ya.. 🙂
Leave a Reply