Pandangan Orang zaman dulu Vs zaman sekarang terhadap makanan
Masih teringat di benak saya saat tampah-tampah diletakkan di depan rumah oleh nenek saya. Tampah-tampah itu berisi nasi-nasi kering yang di jemur di bawah sinar matahari. Nasi-nasi itu kemudian saya ketahui adalah nasi sisa yang menempel pada dasar panci ketika memasak nasi. Nama makanannya adalah cengkaruk, bukan rengginang
Selain cengkaruk, nenek saya biasa mengolah roti-roti yang sudah kering menjadi makanan baru yang saat ini biasa disebut kue sarikaya. Masih banyak lagi makanan yang diolah dari makanan sisa oleh zaman orangtua-orangtua kita.
Saya pikir orang-orang di jaman dulu sangat menghargai makanan. Makanan-makanan sisa banyak diolah lagi menjadi makanan lain hingga tak ada makanan yang terbuang.
Mereka merasakan jaman-jaman dimana makanan merupakan barang yang sangat berharga. Nenek saya mengalami zaman penjajahan jepang dimana merasakan banyak penderitaan hidup. Ibu saya juga mengalami zaman G30S-PKI dan mengalami masa kecil yang sederhana. Hal-hal tersebut membentuk mereka menjadi orang-orang yang lebih menghargai makanan
Dengan adanya kemerdekaan dari penjajah serta perkembangan pembangunan dan ekonomi, orang-orang di jaman sekarang mengalami peningkatan ekonomi dibandingkan orang-orang masa lalu. Peningkatan ekonomi membuat konsumsi meningkat. Orang-orang lebih mudah untuk membeli makanan.
Berbagai kemudahan lain seperti makanan jadi dengan harga terjangkau, bahan-bahan makanan yang mudah untuk diolah, membentuk suatu generasi yang tidak terlalu menghargai makanan.
Makanan berubah fungsi dari hanya sebuah kebutuhan untuk menegakkan badan untuk berkarya. Kini makanan menjadi suatu gaya hidup yang membuat masyarakat menjadi lebih konsumtif di balik alasan yang dinamai wisata kuliner. Hal ini menyumbangkan pada permasalahan baru yang tak muncul di masa lalu
Masalah masa kini, masalah sampah makanan
Masalah tersebut adalah masalah sampah makanan yang semakin hari semakin meningkat. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2017 yang dilansir oleh bandungfoodsmartcity.org, Indonesia diperkirakan menghasilkan sampah sebanyak 64 juta ton setiap tahunnya. Peringkat pertama sebesar 60% diduduki oleh sampah organik termasuk sampah sisa makanan, diikuti dengan posisi kedua sampah plastik, kertas, karet, logam dll.
Di sisi lain, peringkat Indonesia sebagai penghasil sampah ternyata saat ini adalah peringkat kedua menurut food sustainability index. Saya sempat tidak percaya dengan hasil penelitian tersebut. Kok bisa Indonesia menjadi peringkat kedua? Saya yakin banyak negara yang lebih banyak membuang sisa makanannya dibanding negara kita.
Lebih lanjut laporan tersebut menyebutkan rata-rata setiap penduduk Indonesia membuang sekitar 300 kg makanan per tahun. Hal ini membuat kita membuang makanan jauh lebih banyak dari negara maju seperti Amerika serikat yang rata-rata setiap penduduknya membuang sekitar 267 kg makanan pertahun
Ternyata sumber kemubaziran makanan ini adalah paling banyak berasal dari para distributor makanan seperti supermarket dan toko yang kurang cakap dalam menjaga keawetan makanan. Selebihnya adalah karena makanan yang dijual melampaui masa expired atau kadaluarsa.
Ini adalah hal yang menyedihkan karena disisi lain masih banyak kelaparan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari masih tingginya stunting di Indonesia yang menunjukkan masih banyaknya gizi buruk. Di satu sisi terdapat masyarakat yang membuang makanan yang masih layak makan di sisi lain banyak masyarakat yang kekurangan makanan.
Masalah yang ditimbulkan oleh sampah makanan
Sisa-sisa makanan yang banyak dibuang ini membuat banyak masalah bagi lingkungan. Masalah pertama adalah masalah buangan zat yang dihasilkan oleh sampah-sampah makanan ini. Sampah makanan akan menghasilkan gas metana yang memperburuk efek rumah kaca dan berpengaruh pada pemanasan global.
Masalah kedua adalah menghabiskan sumber minyak bumi dan air. Banyak energi yang berasal dari sumber minyak bumi yang dihabiskan dalam proses pengolahan makanan. Begitu pula dengan banyaknya air yang dibutuhkan dalam proses produksi makanan. Dengan terbuangnya makanan-makanan tersebut membuat habisnya sumber minyak bumi dan air terbuang dengan sia-sia.
Masalah ketiga adalah ancaman terhadap ekosistem keragaman makhluk hidup. Banyak ragam flora dan fauna yang terancam keberadaannya. Begini gambarannya, akibat industrialisasi makanan, kebutuhan terhadap suatu bahan makanan tertentu meningkat. Padahal jumlah makanan yang dibutuhkan tidak sebesar yang diproduksi.
Akibatnya banyak lahan hutan yang dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan atau peternakan. Hal ini menyebabkan banyak flora dan fauna menjadi terancam punah dan kehilangan habitatnya.
Dengan begitu banyaknya masalah yang disebabkan oleh banyaknya sampah makanan, sudah sepatutnya kita mengurangi sampah makanan yang disebabkan oleh kita. Kita sebenarnya dapat ikut mengurangi sampah makanan yang dihasilkan di rumah kita. Bukankah kita ingin menyumbangkan lingkungan yang lebih baik untuk dihuni anak cucu kita kelak?
Hal yang bisa kita lakukan untuk menjadi rumah yang bebas sampah makanan
Keluarga kami melakukan hal-hal sederhana untuk bisa menjadi rumah yang bebas sampah makanan. Cara pertama adalah dengan membuat atau membeli makanan seperlunya. Hal ini untuk mengurangi resiko terbuangnya makanan karena tak sempat termakan karena terlanjut basi. Akan sangat membantu bila kita menyiapkan daftar belanjaan sejak dari rumah sebelum pergi berbelanja. Kemudian hal berikutnya yang akan sangat membantu hal ini dapat terjadi adalah menyiapkan menu selama seminggu.
Kemudian kami juga biasa mengolah kembali makanan-makanan yang sudah tidak mau di makan menjadi makanan lain. Misalnya mengolah nasi lama menjadi nasi goreng, lauk lama menjadi lauk dengan rasa baru, atau snack lama berubah menjadi snack baru. Dengan cara ini ternyata anggota keluarga lebih semangat dalam menghabiskan makanan tersebut.
Cara ketiga adalah kami biasa memberikan makanan yang kami miliki yang sudah bisa prediksi tidak bisa awet dalam jangka waktu yang lama sedangkan kami tak mampu menghabiskannya. Misalnya kue-kue kering lebaran yang kami dapat dari saudara dan kerabat. Kami membagikan kepada orang-orang yang kami rasa akan senang karena pemberian kami tersebut.
Sekian sedikit cara untuk mengolah sampah yang sudah kami lakukan di rumah kami. Semoga bermanfaat dan dapat mengurangi efek buruk yang ditimbulkan dari sampah makanan.
Leave a Reply